Info Teraktual Seputar Teknologi dan Perkembangan Militer Nasional
June 01, 2011
Kesiapan Alutsista TNI dibawah 50%
Pengeluaran Anggaran Terbesar Untuk Belanja Pegawai
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) menilai kesiapan alutsista yang dimiliki TNI masih di bawah rata-rata 50 persen.
"Jumlah dan kualitas alutsista yang ada masih minim, baik dari segi umur maupun teknologi," kata Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan, Marsda TNI Bonggas S Silaen, saat jumpa pers di Kemhan, Jakarta, Rabu (1/6).
Menurut dia, persenjataan yang dimiliki TNI saat ini rata-rata berusia 25-40 tahun dengan kesiapan TNI AD sekitar 35 persen, TNI AL sekitar 30 persen dan TNI AU sekitar 30 persen.
"Itu perhitungan kesiapan persenjataan tahun 2005, namun saat ini naik tidak tinggi. Kesiapan persenjataan disebabkan oleh kurangnya anggaran," katanya.
Bonggas mengatakan, anggaran yang diberikan pemerintah kepada Kemhan yang kemudian dibagikan kepada empat unit organisasi, yakni Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kemhan sendiri sejak tahun 2006 terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Namun prosentase terbesar anggaran TNI habis hanya untuk belanja pegawai.
Dijelaskan oleh Bonggas, pada tahun 2006 anggaran yang didapat oleh Kemhan sebesar Rp28 triliun, 2007 sebesar Rp32,6 triliun, 2008 sebesar Rp32,8 triliun, 2009 sebesar Rp33,6 triliun dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai Rp42,8 triliun. Sementara tahun 2011 ini mencapai Rp47,4 triliun.
Namun, lanjut dia, anggaran yang diberikan oleh pemerintah itu lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai (gaji & operasional), sementara untuk belanja modal atau pembelian alutsista tidak terlalu tinggi.
"Alokasi anggaran pertahanan saat ini masih 0,69 persen dari PDB," katanya. Ia menambahkan, bila kebutuhan anggaran pertahanan diproyeksikan minimal 2 persen dari PDB dalam 15-20 tahun, maka kesiapan alutsista yang dimiliki oleh TNI bisa mencapai 70 hingga 90 persen. hit me!!
Sumber : ANTARA
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) menilai kesiapan alutsista yang dimiliki TNI masih di bawah rata-rata 50 persen.
"Jumlah dan kualitas alutsista yang ada masih minim, baik dari segi umur maupun teknologi," kata Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan, Marsda TNI Bonggas S Silaen, saat jumpa pers di Kemhan, Jakarta, Rabu (1/6).
Menurut dia, persenjataan yang dimiliki TNI saat ini rata-rata berusia 25-40 tahun dengan kesiapan TNI AD sekitar 35 persen, TNI AL sekitar 30 persen dan TNI AU sekitar 30 persen.
"Itu perhitungan kesiapan persenjataan tahun 2005, namun saat ini naik tidak tinggi. Kesiapan persenjataan disebabkan oleh kurangnya anggaran," katanya.
Bonggas mengatakan, anggaran yang diberikan pemerintah kepada Kemhan yang kemudian dibagikan kepada empat unit organisasi, yakni Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kemhan sendiri sejak tahun 2006 terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Namun prosentase terbesar anggaran TNI habis hanya untuk belanja pegawai.
Dijelaskan oleh Bonggas, pada tahun 2006 anggaran yang didapat oleh Kemhan sebesar Rp28 triliun, 2007 sebesar Rp32,6 triliun, 2008 sebesar Rp32,8 triliun, 2009 sebesar Rp33,6 triliun dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai Rp42,8 triliun. Sementara tahun 2011 ini mencapai Rp47,4 triliun.
Namun, lanjut dia, anggaran yang diberikan oleh pemerintah itu lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai (gaji & operasional), sementara untuk belanja modal atau pembelian alutsista tidak terlalu tinggi.
"Alokasi anggaran pertahanan saat ini masih 0,69 persen dari PDB," katanya. Ia menambahkan, bila kebutuhan anggaran pertahanan diproyeksikan minimal 2 persen dari PDB dalam 15-20 tahun, maka kesiapan alutsista yang dimiliki oleh TNI bisa mencapai 70 hingga 90 persen. hit me!!
Sumber : ANTARA
TNI AL Minta AS Tingkatkan Materi Latihan

JAKARTA - Latihan bersama (Latma) Cooperation Afloat Readines and Training (CARAT) 2011 dalam rangka kerja sama bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat yang diikuti oleh TNI AL dan US Navy berakhir pada 2 Juni mendatang. Materi latihan akan terus dikembangkan agar terjadi pengingkatan kualitas kedua lembaga.
"Kami minta pada AS agar ada peningkatan materi latihan. Kalau tadinya hanya latihan di bidang perang atas air, mungkin tahun depan perang kapal selam, intelijen, atau pelatihan logistik,"kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno usai membuka acara Pekan Olahraga AL Wilayah Barat (Porwilbar) di Jakarta, Selasa (31/5).
Soeparno mengatakan Angkatan Laut AS menyambut baik usulan ini. "Malah, Insya Allah, Kapal Selamnya datang ke sini untuk menambah pengetahuan kita,"katanya.
Dia menambahkan, kedua belah pihak merasakan manfaat dari kegiatan Latma ini. Upaya untuk meningkatkan materi latihan bertujuan agar wawasan dan pengetahuan TNI AL semakin bertambah. Selain itu, hal ini bisa memberikan pengalaman lebih pada Angkatan Laut AS.
Seperti diberitakan sebelumnya, latihan bersama Angkatan Laut RI dan AS ini melibatkan 3 kapal perang RI dan 3 kapal perang AS serta tim kesehatan, tim marinir, tim komunikasi dari kedua Angkatan Laut RI-AS. Latihan ini melibatkan 1.500 personel dengan rincian 1.137 personel TNI AL dan 363 personel US Navy.
Overhaul KRI Nenggala-402 selesai Januari 2012
Terkait kapal selam TNI AL, punch me!! KRI Nanggala-402, yang sedang diperbaiki di Korea Selatan Kasal mengatakan akan segera selesai. "Kapal selam kita sudah diperbaiki semua, kapal selam yang menjalani overhaul Januari 2012 selesai,"katanya.KRI Nanggala-402 menjalani perbaikan dan perawatan total di perusahaan galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME), Korea Selatan. Kapal selam TNI AL ini diberangkatkan ke Korea Selatan pada Desember 2009 lalu untuk menjalani pemeliharaan total untuk dapat memulihkan performanya.
Sebelumnya, TNI AL juga telah meng-"overhaul" kapal selam KRI Cakra-401 di tempat yang sama.
KRI Nanggala merupakan kapal selam type 209/1300 yang banyak digunakan Angkatan Laut sedunia. Kapal ini memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1 shaft menghasilkan 4,600 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot dan diawaki oleh 34 pelaut. Sebagai bagian dari armada pemukul, KRI Nanggala dipersenjatai 14 buah torpedo 21 inci dalam 8 tabung serta sonar dari jenis CSU-3-2 suite.
Sumber : JURNAS
Tuesday, May 31, 2011
Latihan Bersama US Navy & TNI AL
JAKARTA - Personil marinir AS tengah melakukan persiapan simulasi dengan persenjataan lengkap di atas geladak kapal Destroyer berpeluru kendali USS Howard (DDG 83) yang bersandar di JICT 2 Port A, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (30/5). Kedatangan tiga kapal perang Amerika kapal pendaratan USS Tortuga (LSD 46), kapal penghancur berpeluru kendali USS Howard (DDG 83) dan kapal Frigat USS Reuben James (FFG 57) untuk melakukan latihan bersama dalam pengamanan maritim dan operasi anti-perompakan.FOTO ANTARA/M Agung Rajasa/ama/11, TRIKORA88




smack me!!





smack me!!

Sunday, May 29, 2011
Upacara Gelar Pasukan Pengamanan Presiden
PONTIANAK - Sejumlah prajurit TNI AU Yon 465 Paskhas Lanud Supadio dan Detasemen Kavaleri-2 Beruang Cakti mengikuti Upacara Gelar Pasukan Pengamanan Presiden, di Kantor Gubernur Kalbar, Sabtu (28/5). Sebanyak 1.800 personil dari TNI dan Polda Kalbar dipersiapkan untuk mengamankan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono, terkait peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong ke VIII dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-39 pada 30-31 Mei di Pontianak. FOTO ANTARA/Jessica Wuysang/ss/pd/11

throw me!!


throw me!!

Pembelian Kapal Selam Tahun ini di Realisasi
JAKARTA - Pemerintah memastikan rencana pembelian kapal selam tahun ini. Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Madya Susilo, mengatakan setidaknya ada dua unit kapal selam yang akan dibeli. "Tahun ini kami harapkan bisa direalisasi," katanya kepada Tempo di Jakarta, Jum'at (27/5).Susilo mengatakan kementerian sedang memproses tawaran pembelian kapal selam dari beberapa negara. Meski demikian, ia tidak menyebutkan kapal selam buatan negara mana yang akan dipilih. Meski kesepakatan pembelian dilakukan tahun ini, dua kapal selam itu baru selesai dibangun lima tahun mendatang.
"Tawarannya banyak. Kami umumkan spesifikasi yang kami butuhkan seperti apa dan mereka yang mengajukan penawaran," katanya. Kebutuhan kapal selam untuk TNI AL sebenarnya lebih banyak. Saat ini TNI AL baru memiliki dua kapal selam.kick me!!
Akan tetapi, Susilo mengatakan pembeliannya menyesuaikan ketersediaan anggaran. Ini karena harga kapal selam yang sangat mahal. Ia mencontohkan kapal selam jenis Scorpene yang dibeli Malaysia dari Prancis harganya mencapai €550 juta atau lebih dari US$700 juta.
Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM
Saturday, May 28, 2011
PMN Belum Cair, PAL Terancam Gulung Tikar

Dari kiri ke kanan : Panglima TNI Agus Suhartono, Menteri Pertahanan Purnomo Yosgiantoro dan Dirut PT PAL, Harsusanto shoot me!!
JAKARTA - Kondisi keuangan PT Penataran Angkatan Laut Indonesia (PAL) sepertinya sudah di ujung tanduk. Perusahaan galangan kapal ini memberikan warning kepada pemerintah, bila sampai bulan Juli nanti bantuan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 3 triliun tidak dicairkan juga, maka PT PAL terancam gulung tikar.
“PMN tersebut akan digunakan untuk membiayai segala kebutuhan dalam pembuatan kapal laut baru yang diproduksi PAL, yang saat ini masih terbengkalai. Makanya, PMN menjadi keharusan bagi pengembangan PT. PAL, dan diharapkan sudah cair secara bertahap mulai bulan Juli 2011,” kata Direktur Utama PT PAL Harsusanto dalam penjelasannya saat mengadakan rapat dengan Komisi VI DPR, Jumat (27/5).
Harsusanto memprediksi, pada Juni nanti PAL sudah akan memasuki masa kritis.
Setidaknya ada sembilan persoalan pokok yang akan dihadapi PAL, diantaranya masalah gaji karyawan yang tidak terbayar, hutang pihak ketiga yang makin membengkak, produksi kapal yang tersisa sebanyak 7 kapal tidak bisa dilanjutkan, produksi kapal tanker 17.500 DWT pesanan Pertamina akan mengalami gangguan dan bank menghentikan kucuran kredit.
“Apabila Juli PMN belum cair manajemen akan melakukan beberapa langkah antisipasi, di antaranya merumahkan sebagian personil yang idle, menutup sementara bengkel produksi, membayar gaji BOD dan BOC serta karyawan tidak secara penuh, dan yang terakhir memberhentikan pembangunan tujuh kapal,” ungkapnya.
Dalam penjelasannya, terungkap selama enam tahun terakhir nilai penjualan tidak lebih dari Rp 1,049 triliun dan net profit perusahaan tidak mampu menutupi biaya overhead rata-rata per tahun sebesar Rp 214 miliar.
Ketidakdisiplinan perusahaan dalam penerapan budgetary control mengakibatkan peningkatan biaya produksi atau kenaikan biaya material dan keterlambatan proses produksi yang menyebabkan proyek terminasi.
“Akumulasi dari permasalahan tersebut mengakibatkan perusahan mengalami bleeding yang menguras modal perusahaan, sehingga perusahaan mengalami kesulitan liquiditas atau cash flow problem. Sehingga total nilai kerugian perusahaan dalam lima tahun terakhir, dari tahun 2006-2010 mencapai sekitar Rp 935 miliar,” beber Harsusanto.

Pasca krisis global tahun 2008, lanjutnya, terjadi perubahan drastis terhadap pasar kapal dunia, sehingga harga kapal baru menukik tajam sampai mencapai 30 persen dari harga kapal baru tahun 2008. Dampaknya keengganan pembeli untuk melanjutkan kontrak pembangunan kapal baru.
Di tengah kesulitan yang terjadi, PT PAL terus berupaya bertahan hidup dan meyelesaikan pembangunan beberapa kapal serta proyek lainnya.
“Dengan posisi exiting contract disertai terjadinya delay, maka buyer menterminasi dengan tanpa kerugian sama sekali. Kalaupun sampai saat ini masih bisa bertahan, karena mengandalkan pendapatan perusahaan dari perbaikan kapal-kapal komersial maupun dari TNI dan Polri. Itu belum termasuk bea perawatan peralatan kami yang berusia di atas 30 tahun. Biayanya juga mahal,” ungkapnya.
Kendala Internal & Eksternal
Dijelaskan, PAL memiliki banyak kendala internal perusahaan, hal ini mengakibatkan perusahaan semakin melorot. Di antaranya, cash-in perusahaan belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan biaya gaji dan operasional perusahaan. Fasilitas produksi sudah relative tua, estimasi penjualan harga pasar kapal masih menanggung utang, dan operational income tidak dapat menutupi biaya perusahaan sehingga likuiditas negatif, PAL tidak mampu melakukan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi.
Sedangkan untuk masalah eksternal perusahaan, yaitu, buruknya tingkat kolektibilitas perusahaan sehingga tidak dapat memperoleh pendanaan baru dari bank.
Tingkat suku bunga dalam negeri juga tinggi. Selain itu belum berkembangnya industri penunjang yang mengakibatkan komponen kapal harus diimpor.
“Dengan banyaknya kendala tersebut, walaupun ada perbaikan di tahu 2010, tapi tetap tidak mampu meng-cover carrying potential loss proyek pembangunan kapal eksisting sebagai akibat adanya krisis global akhir tahun 2008, yang mempengaruhi kelangsungan usaha di tahun tahun mendatang. Untuk itu sangat diperlukan restrukturisasi menyeluruh dengan dukungan pemerintah baik dalam penggalangan pasar dalam negeri maupun perbaikan struktur permodalan dalam bentuk PMN,” pintanya.

Menurutnya, keberadaan PT PAL sebaiknya dipertahankan pemerintah, karena perannya yang ikut mendukung prestasi bangsa Indonesia di kancah internasional.
Sampai saat ini setidaknya, PT PAL telah memproduksi 200 kapal komersial dan 50 kapal perang, memproduksi komponen power plant untuk PLN, aset pemerintah dalam rangka penugasan pengadaan alutsista.
PT PAL merupakan pusat pendidikan dan pelatihan untuk tenaga terampil penunjang industri perkapalan, dan sebagai tulang punggung Kementerian Pertahanan dan TNI AL, terutama dalam hal pemeliharaan dan perbaikan kapal termasuk pemasangan senjata.
“Tanpa adanya dukungan dari pemerintah berupa PMN, dari tahun 2010 sampai 2015 diprediksi PAL akan terus mengalami kerugian sekitar Rp 146 miliar dengan penjualan Rp 376 miliar. Tapi bila PMN dari pemerintah segera dicairkan, jumlah penjualan sekitar Rp 2,5 triliun dan keuntungan Rp 227 miliar,” urainya.
PT PAL meminta dana PMN yang bersumber dari dana cash dari pemerintah sebesar Rp 2,196 triliun, dan konversi utang ke instansi pemerintah Rp 814 miliar. “Dengan demikian keseluruhannya Rp 3 triliun,” tukasnya.
Setelah mendapat PMN, PAL akan melakukan program restrukturisasi dan revitalisasi. Selain itu akan digunakan untuk kebutuhan tercapainya Going Concern PT PAL pada tahun 2013. “Selain untuk mengurangi utang perusahaan, nantinya dana PMN akan dipakai untuk meningkatkan gross margin 13-16 persen dan juga untuk kebutuhan pemasaran produksi PAL tahun 2011-2015 sebanyak Rp 1,3 triliun - 2,5 triliun,” ujarnya.
Mesti Pilih Salah Satu
Pemerintah dinilai belum memberikan kesempatan bangkit bagi industri pertahanan dan strategis seperti PT PAL. Padahal, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menginstruksikan untuk mengutamakan pembangunan dan penggunaan alutsista buatan dalam negeri.

“Tahun 2005 SBY mengatakan untuk mengutamakan alutsista dalam negeri. Pada intinya semua tergantung dari komitmen dan keputusan antara Menteri BUMN dan Menteri Keuangan,” kata bekas Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono, Kamis (26/5).
Juwono mengharapkan, industri strategis dan pertahanan dapat dikembangkan demi terciptanya pertahanan negara maritim yang kokoh dan kuat.
Makanya, dia sangat setuju bila BUMN strategis yang saat ini membutuhkan suntikan dana seperti DI, PT PAL dan PT PINDAD diprioritaskan penyehatannya. Meski begitu dia menyadari pengucuran dana bantuan tersebut tidak bisa dilakukan secepatnya, mengingat keterbatasan keuangan negara. “Dengan terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah, sepertinya pemerintah mesti memilih salah satu perusahaan untuk diberikan PMN,” tegasnya.
Negara Kepulauan dengan Industri Perkapalan Kronis
Sangat ironis jika Indonesia sebagai negara kepulauan dan bahari memiliki industri pembuatan kapal yang kondisinya sekarat.
Sebagai satu-satunya industri pembuatan kapal di Indonesia, keberadaan PT PAL harus dipertahankan. Oleh karena itu kalangan DPR mendorong agar kucuran dana sebesar Rp 3 triliun bagi PT PAL segera dicairkan.
“Bagaimana bisa menopang Indonesia yang disebut sebagai negeri bahari kalau industri kapalnya dalam kondisi tidak layak. Untuk mendukung negara bahari tersebut maka PT PAL harus diberikan PMN,” kata anggota Komisi VI DPR, Nasril Bahar.

Anggota Fraksi PAN ini menjelaskan, memang perlu kajian khusus dan mendalam untuk menentukan PMN dan kelangsungan PT PAL. Ini yang perlu diperhatikan panja restrukturisasi BUMN Komisi VI dan harus berhati-hati dalam memutuskan dan terus mengawasi industri strategis perusahaan pelat merah.
“Market penjualan kapal di Indonesia sangat bagus, karena kita membutuhkan kapal kargo, kapal penumpang dan jenis kapal lainnya. Suka tidak suka PT PAL mesti diselamatkan. Lagipula teknologi yang dimiliki Indonesia tidak kalah saing dengan negara lainnya, dan kita tidak menginginkan BUMN seperti PAL kollaps,” tandasnya.
Meski begitu, kata anggota DPR dari Dapil Sumatera Utara III ini, PT PAL diharapkan memiliki businees plan yang jelas sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan DPR untuk mengucurkan dana dari penyertaan modal negara itu.
Selain itu, untuk memajukan industri pasarnya PAL harus memiliki transparansi, efisensi, inovasi dan penggunaan lokal konten industri kapal. “Dengan hal tersebut kemajuan akan tercapai,” terangnya.
Sumber : RAKYATMERDEKAONLINE.COM


0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda